PERENCANAAN PADA TAHAP PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
1.1
Pengertian
Proyek
Proyek merupakan suatu
kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan
terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta memiliki spesifikasi tersendiri
atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk
mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas
yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga
dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang
efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Pengertian proyek menurut
beberapa ahli, sebagai berikut :
a. Heizher dan Render
(2006:81) menjelaskan bahwa proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan tugas
yang diarahkan kepada suatu hasil utama.
b. Schwalbe yang
diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014:2) menjelaskan bahwa proyek
adalah usaha yang bersifat sementara untuk menghasilkan produk atau layanan
yang unik. Pada umumnya, proyek melibatkan beberapa orang yang saling
berhubungan aktivitasnya dan sponsor utama proyek biasanya tertarik dalam
penggunaan sumber daya yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien
dan tepat waktu.
c. Nurhayati
(2010:4) menjelaskan bahwa sebuah proyek dapat diartikan sebagai upaya atau
aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan
harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang
tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
1.2 Tahapan Proyek
1.
Perencanaan
(Planning)
Ø Kebutuhan
(Needs), menentukan kebutuhan.
Ø Kendala
(Constraints), mengidentifikasi hambatan.
Ø Konteks
(Context), menyelesaikan masalah lokasi.
Ø Anggaran
(Budget), memperkirakan dana yang dibutuhkan.
Ø Susunan
(Schedule), mengatur waktu yang diperlukan.
2.
Desain
(Design)
Ø Pengembangan
konsep (Concept Development), menciptakan konsep pada fasilitas yang
dibutuhkan.
Ø Penyempurnaan
desain (Design Refinement), mendesain fasilitas.
Ø Spesifikasi
(Specification), mengembangkan rincian proyek.
3.
Pelaksanaan
(Implementation)
Ø Pembelian
(Procurement), mendapatkan tawaran dan kontrak.
Ø Konstruksi
(Constraction), mengelola konstruksi.
4.
Hunian
(Occupancy)
Ø Komisioning
(Commissioning), debug dan uji fasilitas
Ø Manajement
aset (Asset Management), perawatan fasilitas.
1.3
Keuntungan
Manajemen Proyek
a. Memiliki
tujuan dan kejelasan pada pengukuran.
b. Sumber
daya yang terkoordinasi.
c. Resiko
akan diidentifikasi dan dikelola.
d. Meningkatkan
kemungkinan penghematan waktu.
e. Meningkatkan
pencapaian hasil yang disepakati.
f. Meningkatkan
kemungkinan untuk menyelesaikan proyek dengan sukses.
g. Mengidentifikasi
fungsi tanggung jawab.
h. Meminimalkan
tuntutan pelaporan rutin.
i.
Mengidentifikasi batas
waktu untuk penjadwalan.
j.
Mengidentifikasi metode
analisa peramalan.
k. Mengukur
prestasi tehadap rencana.
l.
Mengidentifikasi
masalah dini dan tindakan perbaikan.
m. Meningkatkan
kemampuan estimasi untuk rencana yad.
n. Mengetahui
jika sasaran tidak dapat dicapai atau dilampaui.
1.4
Tahap Perencanaan untuk
Pelaksanaan
Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek
konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal
(penjadwalan) dan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan perencanaan diperlukan
pengendalian.
Perencanaan adalah suatu proses yang
mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber
daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan
mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997).
Secara garis besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran
proyek, yaitu penjadwalan, anggaran dan mutu.
Dalam manajemen pelaksanaan suatu
konstruksi harus memperhitungkan 3E, yaitu :
Ø Efisien
Ø Efektif
Ø Ekonomis (Benefit)
Dalam
menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi :
a.
Menentukan tujuan.
Tujuan
dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang akan
dilakukan.
b.
Menentukan sasaran.
Sasaran
adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan
yang lelah ditetapkan sebelumnya
c.
Mengkaji posisi awal
terhadap tujuan.
Untuk
mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan kajian terhadap
posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
d.
Memilih alternatif.
Selalu
tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan tujuan
dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu
kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian perlu
dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak.
e.
Menyusun rangkaian
langkah untuk mencapai tujuan
Proses
ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan
setelah memperhatikan berbagai batasan.
Rencana
yang dibuat
pada tahap ini akan membantu tim pelaksana untuk mengatur waktu, biaya,
kualitas, perubahan, risiko dan isu-isu. Tahap Perencanaan Proyek melibatkan penciptaan seperangkat rencana
untuk membantu membimbing tim pelaksana melalui tahap pelaksanaan dan penutupan
proyek.
Tugas Tahap Perencanaan :
Ø Mengembangkan solusi desain dan arsitektur
Ø Menciptakan spesifikasi fungsional
Ø Mengembangkan rencana proyek
Ø Membuat jadwal proyek
Ø Menyiapkan pengembangan dan pengujian lingkungan.
Ø Penutup Tahap Perencanaan.
Ada 10 langkah perencanaan
proyek yang perlu diambil untuk menyelesaikan tahap perencanaan proyek secara
efisien :
a.
Membuat rencana proyek
b.
Membuat rencana sumber daya
c.
Membuat rencana keuangan
d.
Membuat rencana mutu
e.
Membuat rencana resiko
f.
Membuat rencana penerimaan
g.
Membuat program komunikasi
h.
Membuat rencana pengadaan
i.
Kontrak pemasok
Ø Proses tender
Ø Pernyataan pekerjaan
Ø Permintaan informasi
Ø Permintaan untuk proposal
Ø Supplier kontrak
Ø Tender daftar
j.
Melakukan fase review, review tahap formulir.
Gambar 1 Bagan Perencanaan Proyek
1.5
Persiapan Proyek
Konstruksi
Sebelum kontraktor memulai pelaksanaan suatu proyek
konstruksi, yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Mempelajari
kembali seluruh dokumen kontrak, terutama gambar-gambar, spesifikasi teknis,
spesifikasi umum, dan peraturan-peraturan yang terkait.
2. Melakukan
tinjauan ulang terhadap data yang diperoleh waktu tender : harga bahan, upah,
biaya sub kontraktor, peralatan, biaya tak langsung dll.
3. Melakukan
tinjauan dan survai lapangan yg lebih teliti untuk memperoleh data dan
informasi tentang : kondisi lapangan, jalan masuk, lokasi material, tenaga
kerja dll.
4. Mempersiapkan
SDM, peralatan dan keuangan.
5. Mempelajari
peraturan-peraturan yang terkait dengan kegiatan konstruksi misalnya : perda, perpajakan,
perijinan, K3. K3 meliputi :
Ø IMB
Ø AMDAL
Ø ANDALALIN
Ø Pajak, dll.
1.6
Penyusunan Rencana
Pelaksanaan
Sebelum dimulai aktifitas atau kegiatan di lapangan
secara fisik, hal yg sangat penting adalah penyusunan rencana pelaksanaan. Penyusunan
rencana pelaksanaan ini biasanya dilakukan oleh :
a)
Bagian teknik
perusahaan : untuk proyek skala kecil dan tdk begiti complicated.
b)
Tim penyusun yg
terdiri dari gabungan unsur teknik (pusat) dan calon manajer/ personil yg akan
ditempatkan di proyek tsb.
Dalam menyusun rencana pelaksanaan, beberapa hal yg
perlu dilakukan adalah sbb :
1.
Teknis, rencana
yg mengadung aspek-aspek teknis antara lain :
a. Perencanaan site plan ( tata letak bangunan )
b. Pembuatan gambar-gambar yg mendukung pelaksanaan seperti
:
·
Gambar jalan
kerja/ access road.
·
Gambar kantor
lapangan, gudang, barak pekerja, kantor direksi/ konsultan.
·
Gambar kerja
(shop drawing ), gambar konstruksi.
2.
Manajerial, rencana
pelaksanaan yg hanya mengandung aspek-aspek manajerial yaitu ;
a.
Pembuatan metode
kerja, jadwal kerja :
·
Jadwal
pelaksanaan (time Schedule).
·
Jadwal
pendatangan bahan (Material Schedule).
·
Jadwal pendatangan
alat (Equitpmen Schedule).
·
Jadwal pendatangan
TK (Manpower Schedule).
·
Jadwal pemakaian
subkontraktor (Subcontractor Schedule).
b.
Rencana
organisasi pelaksanaan
·
Struktur
organisasi proyek dan susunan personalia.
·
Pembagian kerja
dan alur tugas (job description dan job flow).
c.
Rencana Anggaran
Biaya Proyek ( RAP )
·
Biaya Langsung
Proyek ( BLP )
·
Biaya tak Langsung
Proyek ( BTL )
d.
Rencana arus
cash ( Cosh Flow ) yg terdiri dari :
·
Cash in :
rencana penerimaan termijn (bulanan /monthly payment)
·
Cash Out :
Rencana pengeluaran atau rencana pembayaran :
Ø Rencana pembayaran upah
Ø Rencana pembayaran bahan/ material
Ø Rencana pembayaran sub kontraktor
Ø Rencana pembayaran peralatan
Ø Rencana pembayaran biaya tak langsung (BTL) : biaya pegawai
dan umum ( BPU )
·
Cosh Out Non
Flow : Pajak, penyusutan, bunga bank
e.
Rencana
pengendalian / monitoring
f.
Rencana
keselamatan kerja (Safety Plan)
1.7
Rencana
Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum kontraktor memulai kegiatan pelaksanan di
lapangan, kontraktor harus membuat rencana pelaksanan pekerjaan yang menjadi
pedoman operasional bagi semua personil di lapangan.
Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, kegiatan yg
dilakukan mengikuti pedoman dan urutan yang sesuai dengan metode pelaksanaan konstruksi
yang telah disusun dan ditetapkan sebelumnya.
1.
Persiapan Pekerjaan
Dalam tahapan persiapan sebelum memulai pekerjaan,
personil yang akan ditugaskan menangani proyek harus memperhatikan hal-hal sbb
:
a. Mempelajari dan mendalami secara detail isi
dokumen/kontrak yang sudah disepakati antara pemilik pekerjaan dengan kontraktor
:
Ø Isi pasal-pasal kontrak, apakah ada pasal yg belum
jelas
Ø Spesifikasi teknis
Ø Syarat – syarat pelaksanaan
Ø Gambar kontruksi
Ø Risalah anwyzing
b. Melakukan peninjauan kelapangan untuk mendapatkan data
:
Ø Harga bahan, upah, subkontraktor
Ø Keadaan dan kondisi lapangan yg lebih detail dan
akurat.
Ø Budaya dan adat istiadat dan kondisi masyarakat yg
lebih detail
Ø Ketersedianya SDM yang akan diperlukan
c. Mempersiapkan segala perijinan yang berkaitan dengan
kegiatan proyek, misalnya ijin pengangkutan alat berat, pengangkutan material /
bahan dll
2.
Site Instalation
/ tata letak Bangunan
Salah satu kegiatan perencanaan teknis yang juga
sangat penting adalah perencanaan tata letak bangunan (site instalation). Pemilihan
lokasi untuk penempatan bangunan sementara harus mempertimbangkan:
a.
Kebutuhan
minimal untuk menunjang aktivitas selama pelaksanaan.
b.
Ketentuan yang
diminta sesuai kontrak / spesifikasi.
c.
Metode dan
urutan kerja yang akan dilakukan.
d.
Tersedianya
lahan yang ada.
e.
Anggaran biaya
pelaksanaan.
f.
Jenis dan volume
bahan, peralatan yang digunakan.
Pengaturan tata letak / site instalation secara
singkat diuraian sbb :
a. Bangunan Gedung :
Ø Kantor : menghindari suara gaduh, debu, pandangan.
Ø Gudang : keamanan, terlindung dari panas dan hujan.
Ø Mess : bebas dari tempat kerja.
Ø Barak : bersih, sehat dan aman.
b. Peralatan berat, misal :
Ø Crane : kapasitas radius jangkauan,bangunan sekitar.
Ø Mixer : lokasi bahan, jarak angkut.
Ø Genset : suara bising tidak mengganggu karyawan lain,
polusi asap.
c. Gudang bahan pokok
Ø Semen : terlindung cuaca, dekat dengan mixer, aman dll.
Ø Koral, pasir : tidak mengganggu lalu lintas kerja,
dekat dengan mixer.
Ø BBM : tersedia alat pemadam kebakaran, jauh dari
fasilitas kerja.
d. Jalan lingkungan :
Ø Pintu masuk : pengaturan lalu lintas, keamanan,
penerangan dll.
Ø Jalan kerja : keamanan, kelancaran, ganggunan lain.
3.
Organisasi
Pelaksanaan
Dalam kaitannya dgn pelaksanaan proyek, organisasi
merup sekelompok orang dari berbagai latar belakang ilmu yg terorganisir dan
terkoordinir dalam wadah tertentu, melaksanakan tugas tertentu dan untuk
mencapai tujuan bersama.
Organisasi proyek dipimpin oleh seorang manajer/
kepala proyek dibantu oleh beberapa personil inti dan staf.
Dalam menyusun organisasi proyek, perlu diperhatikan
hal-hal sbb :
a. Mengidentifikasikan fungsi dan kegiatan-kegiatan
proyek.
b. Menentukan sasran/ tujuan yg ingin dicapai.
c. Membagi habis seluruh kegiatan yg akan dilakukan untuk
mencapai sasaran tersebut / penyelesaian proyek.
d. Mengelompokan kegiatan-kegiatan menjadi kesatuan
praktis, dimana kegiatan dalam satu kelompok merupakan kegiatan yang saling
terkait.
e. Menentukan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleeh setiap kesatuan dan menyediakan
fasilitas kerja yang diperlukan.
f. Menempatkan personil yang mempunyai keahlian,
pengalaman, kemampuan dan kompetensi sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Secara garis besar, fungsi-fungsi yg diperlukan dlm
sebuah organisasi proyek konstruksi adalah sbb:
1.
Fungsi
Perencanaan Teknis dan Keuangan
Meliputi kegiatan :
a. Perencanaan rekayasa teknis (Engineering) meliputi
kegiatan : penyusunan jadwal pelaksanaan (master schedule), penyedia/ pengadaan
SD (bahan, alat, sub. Kontraktor), perencanaan metode pelaks., rencana mutu dan
K4L.
b. Perencanaan administrasi dan keuangan, meliputi
perencanaan cash flow, rencana Termyn, sistem akuntasi dan perpajakan dan
pengelolaan SDM.
2.
Fungsi
Pelaksanaan Operasional
Meliputi kegiatan pelaksanaan pekerj di lapangan untuk
mewujudkan bentuk fisik bangunan.
3.
Fungsi
Pengendalian
Meliputi kegiatan monitoring secara periodik. Bila
terdapat keterlambatan (deviasi) terhadap rencana, maka dilakukan analisis
penyebabnya dan kemudian dilakukan tindakan untuk mengatasinya.
1.8
Perancangan
Bangunan Laut
Perancangan
bangunan laut meliputi :
a. Data
tapak :
b. Perencanaan
Bangunan Laut
c. Konsep
awal sebelum pelaksanaan
d. Penentuan
Harga, mendefinisikan tujuan operasi:
Ø Nilai
ekonomis struktur
·
Produk
(Productibility), kemudahan dalam membangun, meresparasi, dll.
· Kemampuan pemeriksaan
(Inspect ability), kemudahan dalam melakukan pemeriksaan.
·
Pemeliharaan
(Maintainability), kemudahan dalam melakukan perawatan.
·
Cross, biaya dalam
pelaksanaan.
·
Bebas biaya (cost
weight), berat struktur untuk biaya pengadaan dan mobilisasi.
Ø Functionality,
kemampuan untuk difungsikannya struktur bangunan laut.
Ø Kelayakan
(Habitatility), mencangkup nilai mutu struktur bangunan laut.
Ø Keandalan
(Reliability), mencangkup nilai keandalan struktur banguna laut. Keandalan dibagi
menjadi 2, yaitu :
·
Beban vertikal
·
Beban horizontal
Ø Ketersediaan
(Availability), nilai proporsional struktur secara keseluruhan umur bangunan
laut.
Ø Keamanan
(Safety), bilai keamanan dan keselamatan ketika pelaksanaan dan pemeliharaan.
Ø Toleransi
Kerusakan (Demage Tolerance), kemampuan struktur bangunan laut untuk awet dan
aman dari kerusakan yang ekstrim pada keseluruhan umur bangunan laut.
Gambar 2 Struktur
Perancangan Bangunan laut